Ada banyak
kontroversi ketika Bapak Basuki Tjahja Purnama (ahok) akan menjabat menjadi
kepala daerah D.K.I Jakarta. Banyak ormas islam yang menentang akan
kepemimpinan ahok tersebut. Banyak komplain ini itu yang berbasi SARA, demo di
segala daerah mulai bermunculan. Mungkin mayoritas dari masyarakat akan
berpihak kepada mereka yang menolak ahok menjadi pemimpin di D.K.I. tapi saya
berbeda. Saya mendukungnya.
Ya, saya berbeda dengan apa yang
masyarakat katakan tentang kepemimpinan ahok. Jujur saja saya di lahirkan dari
kalangan keluarga yang religius. Patuh terhadap perintah agama serta selalu
berusaha menjunjung tinggi nilai keyakinan agama saya, yaitu Islam. Tapi untuk
masalah perpolitikan mungkin saya akan merubah haluan. Bukan berarti saya
menentang apa yang saya anut. Ketika pemilihan DPRD saya masih memberikan hak
suara saya untuk mereka yang memiliki keyakinan dengan saya.
Tapi ketika pemilihan presiden
tahun 2014 saya berbeda pendapat dengan mereka yang mempunyai keyakinan sama,
termasuk orang tua saya. Memang dalam satu rumah pasti menggembar-gemborkan
siapa yang akan menjadi presiden saat itu. Dari kalangan kelurga mereka sudah
pasti dengan pilihan mereka yang saat itu adalah pasangan Prabowo Sugianto
dengan Hatta Rajasa, sedangkan Jokowi dodo dengan Jusuf Kalla adalah pilihan
saya. Secara de jure saya adalah minoritas, namun secara de facto saya adalah
mayoritas dalam hal pemilihan suara.
Memang sempat perang dingin
antara akal sehat dan hati nurani. Selalu membanding-bandingkan antara ini dan
itu. Namun tetap pilihan saya adalah jokowi dodo dan jusuf kalla. Dan memang
pada akhirnya mereka memenangkan pemilihan itu, dan muncul-lah kembali beberapa
umpatan-umpatan yang di berikan kepada capres dan cawapres terpilih dari
beberapa orang yang memang tidak menyetujuinya.
Kemudian siapa yang akan
memimpin Jakarta apabila jokowi menjadi presiden? Mereka yang berakal sehat
sudah pasti akan mengetahui jawaban. Secara prosedur pemerintahan maka
wakilnyalah yang akan memimpin Jakarta selanjutnya. Namun serangan demi
serangan kembali bermunculan untuk salah satu dari parta gerindra tersebut.
Karena lagi-lagi seperti yang saya sebutkan di atas masalah keyakinan.
Apapun kata mereka tentangnya,
apapun serangan yang mereka berikan terhadap dia baik dari kelompok partainya
atau dari masyarakat, tetap secara prosedural dia yang akan memimpin Jakarta.
Pernyataannya adalah saya tetap menginginkan pemimpin yang tegas, berani,
bersih tanpa pandang bulu, siapapun itu. Meski dia berbeda keyakinan.
Apa alasannya. Saya sendiri
capek melihat pemimpin secara historis mereka baik, namun kenyataannya mereka
kendur dalam hal kebaikan. Saya sebagai seorang muslim merasa agama saya
sendiri dilecehkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Saya merasa
tindakan mereka seharusnya sudah masuk ranah hukum yang paling berat. Mereka
membawa nama agama untuk dapat terpilih, namun mereka khianat dalam
pekerjaannya.
Memang mimpi seorang rakyat
adalah mendapat pemimpin yang amanah dan tidak khianat. Kalo bisa yang speerti
empat khalifah islam yang mampu memimpin di setiap eranya. Mereka lebh banyak
positif dari pada negative. Tapi sekali lagi itu hanya mimpi. Sekarang pemimpin
yang amanah dan tidak khianat saat ini sulit. Jika adapun mereka berbeda keyakinan,
lalu kenapa saat itu ada mereka semua menentang. Apa bedanya bila pemimpin yang
muslim tapi secara halus menginjak-injak agamanya sendiri?
Mereka yang tidak rasional terus
berkoar-koar pemimpin mereka harus muslim, tapi mereka tidak bisa membuktikannya.
Jujur saya sedih melihat ini. Ketika sudah di pimpin oleh mereka-mereka yang
muslim, justru yang terpilih menjadi khianat. Kembali lagi dari pihak muslim
berkoar-koar untuk meminta ini dan itu. Mengkritik ini dan itu. Apa sih yang
mereka mau.
Saya ingin muslim yang rasional
dalam agama maupun politik dan tidak menjual agama. Karena bagaimanapun
sekarang ini hanya beliau yang masih bisa di katakana berani, tegas, jujur, dan
tidak khianat. Semua perilaku muslim tercetak di setiap tindakannya.
Saya hanya bisa bilang tahun ini
kaum muslimin sedang krisis akan kepercayaan. Ya saya bisa mengatakan hal itu
karena mereka yang muslim di kalangan menengah ke bawah sudah bosan dengan
pemimpin yang se-agama namun terus menerus khianat. Inilah mengapa pemimpin kita
tidak lagi muslim melainkan dari kalangan tionghoa.
Jika sudah seperti itu mengapa
tidak kita coba dan dukung dan kita pantau. Jika mereka melakukan hal yang
salah maka kita bertindak, barulah ormas islam dapat bertindak. Mengapa harus
takut di pimpin oleh pemimpin yang berbeda keyakinan apabila kita memiliki
ormas-ormas yang bertebaran di kalangan masyarakat.
Saya hanya
berfikir rasional, dan bukan menentang agama. Karena saya sendiri sekali lagi
sudah bosan di bohongi oleh para pengkhianat negeri ini. Baik dari tingkat
bawah hingga atas. Saya Cuma bisa mendoakan siapaun apapun dia bila menjadi
seorang pemimpin di Indonesia bisa menjadi pemimpin yang berani, tegas, amanah.
Sukur-sukur beliau masuk islam. Itu lebih baik dari pada kita terus berkoar-koar
untuk menyuruh beliau mundur dari jabatannya.